13 research outputs found

    Controlled ecological life support system: Transportation analysis

    Get PDF
    This report discusses a study utilizing a systems analysis approach to determine which NASA missions would benefit from controlled ecological life support system (CELSS) technology. The study focuses on manned missions selected from NASA planning forecasts covering the next half century. Comparison of various life support scenarios for the selected missions and characteristics of projected transportation systems provided data for cost evaluations. This approach identified missions that derived benefits from a CELSS, showed the magnitude of the potential cost savings, and indicated which system or combination of systems would apply. This report outlines the analytical approach used in the evaluation, describes the missions and systems considered, and sets forth the benefits derived from CELSS when applicable

    CELSS Transportation Analysis

    Get PDF
    Regenerative life support systems based on the use of biological material was considered for inclusion in manned spacecraft. Biological life support systems are developed in the controlled ecological life support system (CELSS) program. Because of the progress achieved in the CELSS program, it is determined which space missions may profit from use of the developing technology. Potential transportation cost savings by using CELSS technology for selected future manned space missions was evaluated. Six representative missions were selected which ranged from a low Earth orbit mission to those associated with asteroids and a Mars sortie. The crew sizes considered varied from four persons to five thousand. Other study parameters included mission duration and life support closure percentages, with the latter ranging from complete resupply of consumable life support materials to 97% closure of the life support system. The analytical study approach and the missions and systems considered, together with the benefits derived from CELSS when applicable are described

    The Effect of Natrium Bisulfite Addition and Ethanol Dehydration to the Quality of Porang (Amorphophallus Muelleri Blume) Flour

    Get PDF
    Porang (Amorphophallus muelleri Blume) is an alternative food sources from forest. Porang grows under forest canopy and potentially developed to improve food security. Naturally harvested porang contains high oxalate and less glucomannan. This paper observes possible quality improvement of porang flour in term of whiteness and glucomannan content. Porang collected from Nganjuk, East Java was quality tested and mixed with natrium bisulfite then rinse in ethanol repetitively. Results showed that the addition of sodium bisulfite improved the whiteness of porang flour for about 6.59%. Ethanol dehydration proces was able to improve glucomannan content from 12.86% to 38.11%. Fe and Ca content of mixed porang flour showed no significant difference. Porang flour from Nganjuk contained of 1,6-Anhydro- Beta-D-Glucopyranose; 1,2,3,4-Cyclopentanetetrol,(1.alpha., 2.beta., 3.beta., 4.alpha.); cyclopropyl carbinol; aceticacid(CAS)ethylicacid; and hexadecanoic acid

    Things to do While Coasting Through Interstellar Space

    No full text

    Komposisi Kimia Dan Keawetan Alami 20 Jenis Kayu Indonesia Dengan Pengujian Di Bawah Naungan

    Full text link
    Pemanfaatan kayu untuk berbagai produk seperti konstruksi bangunan, mebel, dan barang kerajinan perlu memperhatikan sifatnya, antara lain komponen kimia dan keawetannya, karena sifat ini saling berhubungan. Tulisan ini mempelajari komposisi kimia dan keawetan alami 20 jenis kayu dari berbagai daerah di Indonesia. Kandungan selulosa dianalisa berdasarkan metode Norman dan Jenkins, lignin berdasarkan SNI 14-0492-1989 dan zat ekstraktif berdasarkan SNI 14-1032-1989. Pengujian keawetan di lapangan dilakukan dengan pengujian kayu di bawah naungan. Pengujian keawetan tersebut dilaksanakan di kebun percobaan Cikampek, Jawa Barat. Pengamatan dilakukan setelah satu tahun pengujian, dengan cara menilai persentase kerusakan contoh uji yang disebabkan oleh organisme Perusak kayu. Hasil penelitian menunjukkan kadar selulosa tertinggi pada jenis kayu Jaha (Terminalia arborea K. et. V.) (61,35%) dan terendah kayu bambang lanang (Michelia champaca L. var. pubinervia) (43,30%). Kadar lignin tertinggi 35,80% pada jenis kayu mahang putih (Macaranga hypoleuca Muell. Arg.) dan terendah 23,67% pada jeniskayu cempaka ( Elmerrillia Papuana Dandy).Kadar zat ek straktif tertinggi (7,87%) ditemukan pada jenis kayu bawang (Azadirachta excelsa (Jack) M. Jacobs) dan terendah (1,52%) pada jenis kayu kandis (Pentaphalangium pachycarcum A. C. Smith.). Hasil penelitian keawetan alami kayu dari 20 jenis kayu terhadap organisme Perusak kayu di lapangan, menunjukkan bahwa sebanyak empat jenis termasuk awet (kelas II), enam jenis termasuk agak awet (kelas III), tiga jenis termasuk tidak awet (kelas IV) dan tujuh jenis termasuk sangat tidak awet (Kelas V)

    Pengaruh Umur Pohon Terhadap Sifat Dasar Dan Kualitas Pengeringan Kayu Waru Gunung (Hibiscus Macrophyllus Roxb.)

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data sifat kayu waru gunung sebagai indikatorkualitas kayu didasarkan pada umur dan arah aksial serta pengaruhnya terhadap kualitaspengeringannya. Sifat dasar kayu yang diamati yaitu panjang serat, berat jenis (BJ), dan penyusutankayu. Bahan kayu untuk penelitian diambil dari 3 umur, yaitu 8, 12, dan 16 tahun. Contoh uji ditentukanpada arah aksial batang, yakni pangkal, tengah dan bagian ujung. Untuk sifat dasar kayu, dari setiapbagian aksial dibuat contoh uji pada arah radial dari dekat empulur, tengah, dan dekat ke kulit. Ukurandan prosedur untuk uji panjang serat mengacu pada prosedur di Pusat Litbang Keteknikan Kehutanandan Pengolahan Hasil Hutan, Bogor, BJ dan penyusutan dengan standar ASTM D143-94 yangdimodifikasi, sedangkan pengujian sifat dan kualitas pengeringan mengacu pada metode Terazawayang dimodifikasi.Hasil penelitian menunjukkan panjang serat dan BJ waru gunung dipengaruhi oleh umur padakedua arah aksial maupun radial. Berdasarkan sifat dasar dan kualitas pengeringan dari ketiga umurkayu menunjukkan hanya kayu umur16 tahun bisa memenuhi persyaratan untuk bahan mebel

    Pemanfaatan Campuran Arang Aktif Kayu Muntingia Calabura L. dan Bakteri Escherichia Coli pada Pengolahan Limbah Kromium Industri Elektroplating

    Full text link
    Keberadaan logam berat krom dari limbah industri elektroplating dapat membahayakan kesehatan manusia, di antaranya menyebabkan kanker dan gagal ginjal. Untuk mengatasi masalah ini, dilakukan upaya pengolahan limbah dengan cara adsorpsi menggunakan arang aktif dari kayu. Tulisan ini mempelajari kondisi optimal uji adsorpsi arang aktif kayu Muntingia calabura dan kemampuan bakteri Escherichia coli melakukan biodegradasi krom (VI) menjadi krom (III) pada pengolahan limbah krom industri elektroplating. Arang kayu dibuat pada suhu 500ËšC selama 1 jam dan diaktivasi dengan uap air panas pada suhu 800ËšC pada variasi waktu kontak 70-110 menit dengan tekanan 120 dan 150 mBar. Uji adsorpsi dilakukan dengan variasi konsentrasi awal adsorbat 20-100 mg/L, waktu kontak 45-105 menit, dan kecepatan pengadukan 100-300 rpm. Uji biodegradasi menggunakan bakteri Escherichia coli yang diinkubasi di dalam nutrient broth yang mengandung limbah hasil adsorpsi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kondisi optimal uji adsorpsi adalah konsentrasi awal 70 mg/L, kecepatan pengadukan 150 rpm dan waktu kontak pada 75 menit, dengan efektivitas sebesar 86,7%. Efektifitas biodegradasi krom (VI) menjadi krom (III) adalah 98,6%

    Pemanfaatan Campuran Arang Aktif Kayu Muntingia Calabura L. dan Bakteri Escherichia Coli pada Pengolahan Limbah Kromium Industri Elektroplating

    Full text link
    Keberadaan logam berat krom dari limbah industri elektroplating dapat membahayakan kesehatan manusia, di antaranya menyebabkan kanker dan gagal ginjal. Untuk mengatasi masalah ini, dilakukan upaya pengolahan limbah dengan cara adsorpsi menggunakan arang aktif dari kayu. Tulisan ini mempelajari kondisi optimal uji adsorpsi arang aktif kayu Muntingia calabura dan kemampuan bakteri Escherichia coli melakukan biodegradasi krom (VI) menjadi krom (III) pada pengolahan limbah krom industri elektroplating. Arang kayu dibuat pada suhu 500ËšC selama 1 jam dan diaktivasi dengan uap air panas pada suhu 800ËšC pada variasi waktu kontak 70-110 menit dengan tekanan 120 dan 150 mBar. Uji adsorpsi dilakukan dengan variasi konsentrasi awal adsorbat 20-100 mg/L, waktu kontak 45-105 menit, dan kecepatan pengadukan 100-300 rpm. Uji biodegradasi menggunakan bakteri Escherichia coli yang diinkubasi di dalam nutrient broth yang mengandung limbah hasil adsorpsi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kondisi optimal uji adsorpsi adalah konsentrasi awal 70 mg/L, kecepatan pengadukan 150 rpm dan waktu kontak pada 75 menit, dengan efektivitas sebesar 86,7%. Efektifitas biodegradasi krom (VI) menjadi krom (III) adalah 98,6%

    PEMANFAATAN CAMPURAN ARANG AKTIF KAYU Muntingia calabura L. DAN BAKTERI Escherichia coli PADA PENGOLAHAN LIMBAH KROMIUM INDUSTRI ELEKTROPLATING

    No full text
    Keberadaan logam berat krom dari limbah industri elektroplating dapat membahayakan kesehatan manusia, di antaranya menyebabkan kanker dan gagal ginjal. Untuk mengatasi masalah ini, dilakukan upaya pengolahan limbah dengan cara adsorpsi menggunakan arang aktif dari kayu. Tulisan ini mempelajari kondisi optimal uji adsorpsi arang aktif kayu Muntingia calabura dan kemampuan bakteri Escherichia coli melakukan biodegradasi krom (VI) menjadi krom (III) pada pengolahan limbah krom industri elektroplating. Arang kayu dibuat pada suhu 500ËšC selama 1 jam dan diaktivasi dengan uap air panas pada suhu 800ËšC pada variasi waktu kontak 70-110 menit dengan tekanan 120 dan 150 mBar. Uji adsorpsi dilakukan dengan variasi konsentrasi awal adsorbat 20-100 mg/L, waktu kontak 45-105 menit, dan kecepatan pengadukan 100-300 rpm. Uji biodegradasi menggunakan bakteri Escherichia coli yang diinkubasi di dalam nutrient broth yang mengandung limbah hasil adsorpsi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kondisi optimal uji adsorpsi adalah konsentrasi awal 70 mg/L, kecepatan pengadukan 150 rpm dan waktu kontak pada 75 menit, dengan efektivitas sebesar 86,7%. Efektifitas biodegradasi krom (VI) menjadi krom (III) adalah 98,6%

    Analisis Karakteristik Fungsi Zeolit Alam Aktif sebagai Katalis Setelah Diimpregnasi Logam Nikel

    Full text link
    Catalytic cracking adalah proses konversi dengan memotong rantai karbon molekul minyak menjadi hidrokarbon sederhana. Proses pemutusan rantai hidrokarbon bisa dilakukan dengan cara kimia menggunakan katalis dan gas hidrogen. Jenis katalis yang biasa digunakan dalam industri kimia adalah logam seperti Nikel (Ni), seng (Zn), dan kadmium (Cd). Logam tersebut dapat digunakan sebagai katalis secara langsung, tetapi pada saat proses catalytic cracking akan menyebabkan penggumpalan katalis, sehingga tidak bisa digunakan secara berulang. Oleh karena itu, katalis logam harus diimpregnasi ke dalam bahan pengemban seperti zeolit. Penelitian ini bertujuan mempelajari proses preparasi dan karakterisasi katalis zeolit alam aktif impregnasi logam nikel (ZAA/Ni) yang terdiri atas karakteristikluas permukaan, XRD, dan FTIR serta morfologi untuk mendapatkan katalis yang terbaik. Zeolit yang digunakan dalam penelitian ini adalah zeolit dari Bayah Banten yang sudah diaktifasi. Fungsi katalis sebagai pemutus rantai karbon dapat ditingkatkan dengan adanya pengemban, yaitu logam nikel. Pengembang berperan sebagai tempat tersebarnya inti aktif yang dapat meningkatkan efektifitas katalis, sehingga katalis dapat dipergunakan secara berulang. Hasil penelitian menunjukkan ZAA/Ni, rasio Si/Al yang tertinggi adalah 6,66 yang termasuk katalis intermediate dengan rasio Si/Al = 2 – 10. Luas permukaan katalis terluas adalah pada ZAA/Ni 3 % sebesar 974,44 m2/g, nilai kristalinitas terbesar adalah 70,09%. Zeolit asal Bayah Banten yang sudah diimpregnasi logam nikel dapat digunakan sebagai katalis untuk meningkatkan kualitas (upgrading) bio oil menjadi bahan bakar dengan konsentrasi ZAA/Ni 3%
    corecore